Kasih Menurut Alkitab dan Penjelasannya (Storge, Philia, Eros, Agape)

Baca: 5 Menit
Kasih Menurut Alkitab dan Penjelasannya

Cinta, sebuah ungkapan emosi manusia yang tak dapat diabaikan. Ia mengalir dalam bentuk yang paling mendasar dan kuat, sebagaimana diajarkan Alkitab, mengasihi Tuhan dan sesama manusia adalah inti dari keberadaan kita. Dalam peradaban Yunani, kasih diuraikan menjadi empat ragam yang berbeda: eros, storge, filia, dan agape.

Sejarah panjang mencatat bagaimana para guru sekolah minggu dan orang tua telah menyampaikan pelajaran tentang jenis-jenis cinta ini kepada generasi muda. Sebagai penganut agama Kristen, penting bagi kita untuk memahami keempat dimensi kasih ini agar kita dapat memahami esensi dari cinta dalam setiap perjalanan kehidupan.

Artikel ini akan membahas secara mendalam pengertian tentang kasih-kasih ini dari berbagai bahasa, dan apakah keempatnya tersurat dalam Alkitab. Apa yang sebenarnya diajarkan Alkitab tentang kasih? Apa itu kasih menurut Alkitab? Pertanyaan lain yang akan dijawab adalah apakah kasih Agape eksklusif hanya dimiliki oleh Allah? Selain itu, akan dijelaskan pula urutan yang benar dari yang terkecil hingga yang terbesar dari keempat jenis kasih dalam bahasa Yunani. Terakhir, akan dijabarkan mengapa Tuhan memberikan kasih Agape kepada kita. Mari kita simak dengan seksama.

Penjelasan Kasih dalam Berbagai Bahasa Secara Singkat

Cinta bukanlah hal yang asing bagi kita. Ia merupakan fondasi dari seluruh keberadaan manusia. Setiap individu hadir di dunia ini karena cinta. Proses pertumbuhan dan pembelajaran manusia juga tak terpisahkan dari cinta. Seberapa banyak atau sedikitnya cinta yang dirasakan oleh seseorang, itu adalah pertanyaan terpisah. Yang pasti, kehidupan manusia tidak bisa lepas dari kehadiran cinta.

Namun, pertanyaannya adalah, apakah sebenarnya makna dari cinta itu sendiri? Lalu, seperti apakah bentuk cinta yang diharapkan atau diidamkan oleh manusia?

A. Dalam Bahasa Yunani

  • Dalam bahasa Yunani, terdapat empat kata yang mengandung makna kasih, namun masing-masing mengarah pada konteks yang berbeda. Kata benda στοργη – STORGÊ dengan kata kerjanya STERGEIN merujuk pada kasih mesra yang terpancar dari orang tua kepada anak, begitu pula sebaliknya.
  • Kemudian, kita memiliki kata EROS yang berasal dari bahasa Yunani, yang diterjemahkan menjadi EROS, dan menggambarkan kasih asmara antara pria dan wanita yang sarat dengan nafsu birahi.
  • Selanjutnya, terdapat kata benda φιλεω – PHILEÔ dengan kata kerjanya φιλειν – PHILEIN, yang menggambarkan kasih sayang yang tulus di antara sahabat dekat. Seringkali kasih ini terbentuk tanpa ikatan darah, lebih kepada bentuk persahabatan yang mendalam.
  • Sementara itu, kata benda αγαπαω – AGAPAÔ dengan kata kerjanya αγαπαν – AGAPAN, yang kita terjemahkan menjadi AGAPE, mencakup makna kasih yang tulus tanpa adanya pertimbangan atau peduli terhadap karakteristik orang yang diberi kasih. Kasih ini sering disebut sebagai kasih yang tidak terbatas.

B. Dalam Bahasa Inggris

Bahasa Inggris memiliki dua kata, yakni ‘Love‘ (kasih, cinta, suka) dan ‘Like‘ (suka). Oleh karena itu, terdapat perbedaan antara Love dan Like dalam bahasa Inggris.

C. Dalam Bahasa Perancis

Dalam bahasa Perancis, terdapat satu kata, yaitu ‘aimer‘, yang digunakan untuk kata ‘Love‘ dan ‘Like‘.

E. Dalam Bahasa Indonesia

Dalam bahasa Indonesia, kasih merujuk pada perasaan sayang (cinta, suka terhadap sesuatu atau seseorang) yang dinyatakan melalui tindakan memberi. Oleh karena itu, dalam konteks bahasa Indonesia, kasih identik dengan perbuatan memberi. Seseorang yang mengasihi pasti akan memberikan, namun sebaliknya, orang yang memberi belum tentu mengasihi.

Kasih Menurut Alkitab dan Penjelasannya

Cinta bukanlah hal yang asing bagi kita. Ia merupakan fondasi dari seluruh keberadaan manusia. Setiap individu hadir di dunia ini karena cinta. Proses pertumbuhan dan pembelajaran manusia juga tak terpisahkan dari cinta. Seberapa banyak atau sedikitnya cinta yang dirasakan oleh seseorang, itu adalah pertanyaan terpisah. Yang pasti, kehidupan manusia tidak bisa lepas dari kehadiran cinta.

Namun, pertanyaannya adalah, apakah sebenarnya makna dari cinta itu sendiri? Lalu, seperti apakah bentuk cinta yang diharapkan atau diidamkan oleh manusia?

Kasih Storge

Pertama, ada Kasih Storge. Ia melambangkan kasih yang tumbuh di dalam lingkaran keluarga. Kata ini mencerminkan ikatan yang mendalam dan penuh perhatian antara orang tua dan anak, suami dan istri, saudara kandung, dan segala relasi darah lainnya. Astorgous, kebalikannya, mencerminkan kondisi “tanpa kasih sayang” (Roma 1:31) di mana Paulus telah memperingatkan kita tentang kecenderungan egois manusia pada akhir zaman, hingga mereka tak lagi memiliki kasih sayang untuk keluarga mereka sendiri (2 Timotius 3:2-3).

Dalam Kejadian 7:7, tertulis, “Lalu masuklah Nuh dan anak-anaknya dan isteri-isterinya serta anak-anak isteri-isterinya dengan dia ke dalam bahtera itu karena air bah itu.” Tindakan Nuh untuk menyelamatkan keluarganya adalah wujud dari kasih storge, yakni kasih mesra dan penuh perhatian antara orang tua dan anak.

Kasih Filia (Philia)

Kemudian, terdapat Kasih Filia atau kasih persaudaraan (phileo). Ini adalah bentuk cinta yang mengatasi ikatan keluarga, mengarah pada persahabatan sejati. Kita diingatkan untuk mengasihi sesama, teman, dan sahabat sebagaimana kita mengasihi saudara kandung kita sendiri. Kisah Lazarus yang bangkit (Yohanes 11:33-35) merupakan salah satu contoh nyata dari kekuatan kasih filia ini.

Dalam 1 Samuel 18:3 tertulis, “Maka dibuat Yonatan perjanjian dengan Daud, sebab ia mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.” Ini adalah contoh yang jelas dari kasih philia, kasih sayang yang mendalam antara sahabat dekat.

Kasih Eros

Eros, adalah jenis kasih yang merujuk pada ranah romantis dan seksual. Walaupun tidak secara eksplisit disebutkan dalam Alkitab, hadiah ini adalah bagian dari rahmat Tuhan bagi pasangan suami-istri, memungkinkan mereka untuk mengungkapkan cinta secara tulus. Di dalam Kidung Agung, kita dapat menemukan lukisan cinta yang membara di antara sepasang kekasih.

Dalam Kidung Agung 4:9-10, terdapat pengakuan seorang suami kepada istrinya, “Engkau telah merampas hatiku, saudariku, pengantinku, engkau telah merampas hatiku dengan sejuta mata-mata manismu dan dengan sejuta mata-mata manismu itu, hai pengantinku.” Ini adalah contoh konkret dari kasih eros dalam konteks hubungan suami istri.

Kasih Agape

Terakhir, namun tak kalah pentingnya, adalah Kasih Agape. Ia adalah bentuk cinta tertinggi yang didefinisikan dalam Alkitab. Cinta ini abadi, sempurna, tak pernah mengenal batas atau syarat. Agape membingkai kasih dari Tuhan (1 Korintus 13:4-8), yang telah diperlihatkan secara nyata saat Tuhan Yesus mengorbankan diri-Nya untuk menebus umat manusia.

Bagi anak-anak, latihan menghidupi kasih agape bisa dimulai dengan berbagi kepada sesama. Melalui aksi sederhana seperti menyediakan perlengkapan sekolah bagi teman-teman di NTT, mereka bisa membawa nyawa dari kasih Tuhan kepada anak-anak lainnya. Demikianlah, empat jenis kasih ini menjadi fondasi yang kokoh dalam memahami dan mengaplikasikan cinta sejati dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Injil Yohanes 3:16, Yesus mengajarkan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Tindakan-Nya adalah bukti kasih agape, cinta yang tak terbatas dan tanpa pamrih kepada seluruh umat manusia.

Bagaimana seharusnya urutan dari kasih yang terkecil hingga yang terbesar?

Pertanyaan ini seringkali dijawab dengan mudah. Beberapa orang menganggap bahwa eros berada di posisi paling rendah dibandingkan dengan yang lain, sementara ada juga yang berpendapat bahwa storge lebih awal, dan agape selalu menduduki puncak tertinggi dalam hierarki kasih. Namun, benarkah demikian? Untuk mendapatkan jawaban yang tepat, mari kita telaah kembali makna dari empat kata kasih tersebut dalam bahasa Yunani.

  • STORGÊ, merujuk pada kasih mesra yang terpancar dari orang tua kepada anak, begitu pula sebaliknya.
  • EROS, mencakup kasih asmara antara pria dan wanita yang dipenuhi oleh nafsu birahi.
  • PHILEÔ, menggambarkan kasih sayang yang tulus antara sahabat dekat.
  • AGAPAÔ/AGAPE, merupakan bentuk kasih tanpa pamrih dan tanpa memandang latar belakang individu yang diberi kasih.

Dari pemahaman terhadap keempat jenis kasih seperti di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hierarki yang membedakan yang terbesar dan yang terkecil. Keempat jenis kasih ini saling terkait satu sama lain.

Sebagai contoh pertama, kasih tanpa pamrih (agape) dapat dimiliki oleh orang tua terhadap anaknya. Betapa banyak orang tua yang bersedia berkorban demi kebahagiaan anaknya. Dalam hal ini, terdapat kesaksian nyata bahwa orang tua, manusia biasa sekalipun, mampu memberikan kasih agape.

Kemudian, kasih suami terhadap istri. Pasangan suami istri juga mampu meluapkan kasih agape. Jika diizinkan, pembaca dapat menemukan kisah mengharukan dalam cerita “Love Never Fails“.

Tidak ketinggalan, seorang sahabat juga mampu menghidupkan kasih yang tulus. Saya yakin bahwa di sekeliling para pembaca terdapat individu yang rela memberikan kasih seperti itu, bahkan tanpa memiliki hubungan darah. Meskipun mungkin ada yang tidak sependapat, saya pernah bertemu dengan seseorang yang tidak saya kenal, namun memberikan kasih agape. Suatu hari, saat sepeda motor saya mogok di tengah jalan, orang tersebut memberikan bantuan dengan meniup lubang bensin sepeda motor saya (sangat menakjubkan bahwa motor saya kembali hidup setelahnya) dan akhirnya saya tiba di pompa bensin dengan selamat. Bahkan, ia menolak untuk menerima bayaran atas bantuannya.

Kesimpulannya, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil dari keempat jenis kasih dalam bahasa Yunani. Kasih itu hanya diungkapkan kepada seseorang dengan waktu, kondisi, jenis kelamin, usia, dan karakteristik yang berbeda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

topik populer lainnya